hidup ga bisa ditebak, jadi tetaplah berlari!
(^_^)

Friday, August 17, 2012

Hasian sudah pulang!! *sekilasinfo*

Hey! Hasian sudah kembali pulang! *wink*

Biasanya saya selalu menulis di akhir hari petualangan saya sembari masih tetap traveling. Tapi kali ini agak sedikit berbeda. Susah banget connect ke jaringan dunia maya selama dua setengah minggu jalan-jalan murah-meriah-megah kali ini. Hape dodol, tempat-tempat yang saya datangi pun tak semuanya berkemampuan menjaring dunia maya. Ah, dari pada habis waktu mikirin bagaimana cara menulis, lebih baik mikirin mau jalan kemana lagi. Urusan tulis menulis, kita tunda sampai pulang.

Iya, sampai pulang. Artinya sampai hari ini. Saya sudah pulang, resmi sudah memenuhi kawul saya 5 tahun silam yang semakin kuat dua tahun lampau. Saya baru saja pulang dari tanah Eropa; tanahnya mas Napoleon yang pendek tapi katanya gagah dan berwibawa itu; tanahnya para explorer di masa lampau saat dunia masih dinyatakan flat; tanahnya para pemikir-pemikir terkenal yang sampai sekarang masih diakui sebagai filsuf-filsuf hebat; tanah dimana kultur (menurut pandangan saya) bisa bersanding kuat dengan tanah kelahiran saya, Indonesia.

Pulang dari sana bikin saya semakin bersyukur kalau di dalam tubuh saya mengalir darah merah berbau tanah melayu kental beradat timur. Memang benar yang orang bilang, orang Indonesia memang ramah-ramah! Hehehe, bener deh. Bertanya itu memang mudah, semua orang pasti mau jawab asal mereka tahu dan lagi mau diganggu (kalo ngga tahu dan lagi ga mau diganggu, kita ngomong sendiri kaya orang bego juga mereka ngga peduli. Pan katanye pripasi, mpok!). Tapi mendapat keramahan, itu soal yang berbeda. Nah, kalau di Indonesia kan beda; orang-orangnya ramah-ramah. Saking ramahnya, semua mau ngejawab, bahkan kalau ngga tau jawabannya, bisa di mark-up!!

Hahaha, biarpun model ramahnya kita itu agak sedikit miring ke kiri, saya tetep kangen 'aneh-aneh'nya orang Indonesia. Gaya hidup yang makin kebarat-baratan (eh, kalau sekarang sih gaya baju udah ke korea-koreaan ya... *ckckckck*), gedung-gedung tinggi yang berusaha mencakar langit, kota-kota yang semakin modern. Kadang kalau lagi ngeliat yang ajaib-ajaib bisa ketawa sendiri, atau malah miris ngeliat kultur terkikis gengsi dari kata modernisme.

Hampir penuh 3 minggu di sana membuat saya sadar betapa saya memang cinta negara busuk ini (begitu julukan teman-teman saya yang rajin mengamati perkembangan negara). Entah kenapa. Seperti bau ketek bapa saya kalau bangun tidur siang; seperti cerewetnya mama saya yang ngga pernah jelas kenapa dan ngga pernah ketebak kapan berhentinya; seperti berlawanannya emosi dua adik perempuan saya yang (jelas-jelas) menggambarkan kalau saya bisa jadi keduanya di saat bersamaan; seperti bau kentut dua adik laki-laki saya yang baru; seperti gonggongan si BooLou dan jejak-jejak kotor kakinya setelah nginjak-nginjak taman yang baru saya siram; seperti menumpuknya papers akreditasi sekolah sampai saya lupa kalau guru musik itu biasanya paling seru ya main musik. Iya. Seperti seribu kekesalan yang bisa muncul tiba-tiba karena kenyamanan saya terganggu, dan seperti keganjalan yang menempel di otak saya yang jarang berhenti mikir. Banyak ga enaknya, tapi ngangenin. Busuk, tapi saya kok ya sayang ya...

"Mungkin karena elu udah lebih banyak jalan-jalan di sini, Yus!"
Gitu komentar teman saya ketika saya 'curhat' via telepon di taksi tadi menuju rumah. Tepat ketika saya berpisah dengan teman-teman traveling saya dan masuk ke dalam taksi bandara yang katanya punya tarif pasang langsung tanpa argo ini, saya langsung cerita panjang lebar tentang perasaan kangen saya yang aneh ini. Bayangkan, dari saya masih SMA, Eropa adalah benua yang paling pengen saya injak. Amerika memang lebih tenar, tapi entah kenapa hati saya berpaut pada bayangan indahnya bangunan-bangunan di Perancis (padahal ngga tahu bener apa ngga bayangannya, haha). Belum lagi meniatkan hati sejak lima tahun lalu kalau setidaknya benua itu pernah saya kentuti sekali. Lalu dua tahun ngumpulin receh demi ongkos ngamen di negeri orang, hahaha. Rencana indah yang ngga pake ngoyo, tapi tetap ngga bikin hati saya berubah pijakan.
Memang saya cinta sama tanah ini.

Saya mau balik lagi ke sana, the Magnificent Europe. Saya harus balik lagi! Sayang uang dua pence yang nemu di jalan di Barcelona itu kalau ngga dipake, kan. Hahaha. Mungkin saya akan sering-sering bolak balik demi menikmati kentalnya kultur yang tak cepat luntur (hah, di sini kultur makin luntur). Iya, saya harus sering bolak balik!! Haha. Tapi, bisa jadi hati saya tetap tak pernah pergi... :)

Hey, Hasian sudah balik ke negeri sendiri!!
Otak penuh mimpi, hati berseri-seri, jalan aja udah kaya nari. Tapi tetep, tak kan kukejar rodi, karena dia akan datang sendiri nanti.

*TaksiBaikHati*
July 8, 2012 - 6pm

No comments:

Post a Comment