hidup ga bisa ditebak, jadi tetaplah berlari!
(^_^)

Thursday, December 22, 2011

...tentang mimpi di malam hari

Semalam saya sampai Melaka malam sekali. Berbekal pede dan logat melayu seadanya, saya dan teman saya jalan-jalan kali ini dapet supir taksi yang baik hati. Kami memilih untuk tinggal di pondokan yang sama kala saya datang ke kota ini pertama kali. Dan bertemu dengan 'tuan rumah' yang sama, Sam si pria baik hati (yang mencurigakan, kata beberapa teman jalan-jalan saya dulu).

Seperti biasa, Sam selalu LUPA atau terlalu cuek dengan perbookingan tempat ini. Saya sudah minta 2 bunks sejak bulan lalu, dan dia ngga sama sekali menulis nama saya di sana. Waks!! Untung saya telpon dulu, coba kalau engga... tidur di Stadhuy (pelataran Christ Church di pusat kota tua) mungkin... Dan tadi, tepat setelah lelah keliling kota (sekitar sepuluh malam), kami kaget melihat tempat tidur kami sangat rapi dan semua barang kami dirapikan. Terlalu rapi. Dan ada satu bekpek biru besar di tempat tidur kami. Hm...siapa dia?? 

Ternyata, Sam tersayang LUPA kalau saya pesan untuk dua malam (bahkan sudah bayar untuk dua malam!). Walah! Jadilah kami pindah ke pondokan beliau yang satu lagi. Lebih bagus, lebih bersih, lebih mahal dengan harga tak berubah. Tapi bukan itu yang saya mau ceritakan sekarang. Saya mau cerita tentang dua orang traveler di dua pondokan ini.

Yang satu ada di Jalan Jalan Guest House Besi. Dia seorang tua Jepang. Tunggu. Waktu saya bilang tua, itu benar-benar tua. Usianya delapan puluh sekian; saya jadi ingat ompung saya dulu. Wajah tegasnya mirip beliau, kokoh tulang belakangnya pun mirip. Memang kebetulan ompung saya mirip juga dengan orang Jepang. Hm, jadi kangen.

Yang menarik dari si Bapak Tua Jepang ini adalah, dia seorang traveler. Bukan semasa mudanya, tapi semasa tuanya! Dia baru mulai jalan-jalan saat dia berusia 50 tahun. Lima puluh tahun!! (yuuu maree, ki...) Dia tuli, lebih tepatnya sudah tuli, tapi belum rabun. Ngobrol dengan beliau harus teriak-teriak (seriusan teriak-teriak, kalo engga dia bakal cuek bebek aja gitu...). Waktu muda, beberapa kali dia pergi ke negara lain, tapi bukan untuk traveling. Sekarang, dia sudah entah kemana aja. Terlalu banyak untuk disebut. Dia bahkan bicara dengan banyak bahasa. You name it, he will speak in it! Teman jalan-jalan saya yang bisa bahasa Jepang 'menjebak' dia sedang belajar bahasa Prancis dengan buku.

Sudah gila! Pikiran pertama yang muncul di otak saya adalah, kemana keluargamu, ompung?! Detik berikutnya saya terkagum dengan semua cerita-ceritanya dan antusiasmenya. Whoaaa... you are old enough, old man, but definitely so young and free!! Saya bengong dengar dia bicara dengan traveler lain (yang dengan baik hati menterjemahkan apa yang si ompung maksud. Maklum sudah tua, saya ngga bisa ngerti bahasa tanpa gigi...)

Lalu, karena kelupaan si Sam tersayang *ckckckckck*, saya pun pindah ke pondokannya yang lain. Di sana saya bertemu Lee, bule Inggris yang kerja untuk Sam, traveler lainnya yang mau saya ceritakan. Dulu dia kontraktor, sayang dia sudah pensiun karena kecelakaan kerja. Kakinya pincang, tapi masih kuat dan terus jalan-jalan. Mak! Macam betol!! Sekarang ini dia lagi beres-beres bekpeknya buat 8 month traveling pake MOTOR, besok pagi. Walah. Bener-bener deh..

Mau tau apa yang dia kerjain sekarang? Well, selain jalan-jalan dan bantuin Sam di guest house, dia kerja sosial dimana aja. Dia pernah ngajar bahasa inggris untuk anak-anak ngga mampu di Medan, dan sekarang dia lagi cari kesempatan yang sama di tempat lain.

Saya (jujurnya) iri. Bukan, bukan karena mereka bisa jalan-jalan kemana-mana. Tapi karena keberanian mereka untuk memilih jalan hidup mereka. Keberanian mereka untuk tidak pernah settle dan keberanian mereka untuk menjadi warga dunia. Itu keputusan besar, menurut saya; dan saya belum punya keberanian untuk melakukannya. Saya selalu bermimpi menginjakkan kaki ke sudut-sudut dunia, dan saya selalu pengen jadi gypsian yang hidupnya nomaden. Saya baru memimpikannya, mereka sudah melakukannya.

Tadi saya ngobrol banyak bareng Lee dan Alan (teman Lee, yang ternyata bakal kerja buat Sam sementara Lee traveling). Saya bilang sama mereka, saya 'iri' dengan mereka yang sudah bisa kemana-mana dan berani memilih untuk hidup seperti itu. Lalu Alan bilang begini, "It's okay to be you as you are today. You know that old man from Japan in other house? He just started it when he was 50. Well, you are young enough to start!"

Hm, saya memang masih memilih untuk melakukan apa yang saya lakukan sekarang. Bukan karena materi, lebih karena eksistensi hati. Saya ngga bisa bohong kalau saya butuh melakukan apa yang saya lakukan sekarang karena memang hati saya berkata demikian. Hasrat jalan-jalan? Untuk sementara waktu memang hanya bisa dilakukan waktu libur. Tapi suatu saat nanti, entah kapan tapi nanti, saya mau bebas menginjakkan kaki di sudut-sudut dunia. Bahkan saya mau ajak anak-anak saya juga, biar mereka tahu betapa kaya dunia yang sudah disiapkan Pak Tua untuk mereka.

Saya suka jalan-jalan; itu selalu membangunkan mimpi-mimpi lelap, tanpa pernah meninggalkan hati.

-Neni, Mimpi dan Hati-

No comments:

Post a Comment