hidup ga bisa ditebak, jadi tetaplah berlari!
(^_^)

Wednesday, December 21, 2011

The Livehood of Traveling Shoes - The Story

Suatu malam di tahun 2008...
Saya bosan! Mentang-mentang ukuran besar, saya dapat posisi paling bawah. Barisan paling belakang pula! Ah, payah! Masa sejak dilahirkan saya harus pasrah diatur oleh tangan-tangan tak dikenal. Oper sana, oper sini. Masuk sana, masuk sini. Taruh sana, taruh sini. Dibantinglah, ditumpuklah. Kalau begini terus, gimana saya bisa injak dunia???
Apa sih yang salah sama saya? Ukuran saya? Memangnya saya yang minta diciptakan sebesar ini? Memangnya saya yang mau? Salahin aja dia yang berani-beraninya ambil resiko kalau saya dengan ukuran sebesar ini bisa berguna buat manusia. Mana saya tahu kalau saya bakalan jadi sepatu nomer 42. Kalau boleh pilih sih, pengen jadi nomer 38 atau paling engga 39. Asik kan, laku! Laris manis!
Iya sih, saya keren. Putih, diukir seribu kupu-kupu bergaris hitam. Belum lagi selimut dalam saya yang nyaman dan berwarna ungu. Ngejreng, bo! Tapi ngga norak dong; justru keren. Saya memang keren, tapi kok ya cuma bertengger di gudang...


April 2008
Cewek itu gila!
Dia tertawa lebar-lebar sambil bercerita kalau dia nekat beli dua sepatu seharga sebulan gajinya. Tolol! Makan apa dia besok? Aneh-aneh aja deh... Mana saya pula salah satunya. Begini caranya, bisa-bisa saya disuruh nemenin dia ngamen tiap hari buat makan. Yah, ga cantik lagi deh... :(


Desember 2008
Hari ini saya dicuci. Hati-hati sekali. Pakai shampoo sama sikat gigi lembut. Ini kali ke 3 saya diperlakukan semanis itu. Iya, sama si cewek gila. Ternyata saya juga ngga disuruh nemenin ngamen. Itu tugas si jepit, katanya.
Lalu apa tugas saya? Sama sih, sama-sama nemenin nyanyi. Bedanya, saya ngga diajak ke pinggir jalan-jalan Bandung yang panas. Saya selalu nyaman dalam ruangan, selalu eksis di atas panggung. Biar disuruh loncat-loncat terus, saya ngga masalah; lah wong saya jadi tenar.
Temen-temen si cewek gila itu menyebut saya 'Si Ungu'. Mereka tahu saya cuma keluar di saat-saat penting, di acara-acara khusus, di tempat-tempat keren. Saya adalah Si Ungu yang selalu sanggup menaikkan mood cewek gila itu, begitu sih kata mereka.


Entah kapan di 2009
Cewek itu lebih sering keluar kota sekarang; macam orang sibuk aja. Anehnya, saya lebih sering dibawa. Sekarang, saya ngga cuma dipakai di acara-acara khusus aja. Saya mulai sibuk juga, dan semakin kotor. Ah, payah! Kenapa sih cewek ini? Sepatu cakep-cakep gini kok dibawa turun ke jalan... Aneh!


Antara November dan Desember 2009
Saya kesal!
Si cewek gila itu sudah lupa sama saya. Sejak dia bertekat lebih giat mengejar mimpinya satu per satu, dia lebih dekat sama si jepit daripada saya.
Cewek itu terlalu sering pergi ke tempat baru. Tempat yang belum jelas nyaman atau engga jalanannya. Lebih cocok memang si jepit yang ikut; kalau saya nanti kotor. Tapi masa saya dilupain sih? Bukannya saya yang bisa naikin moodnya yang turun naik kaya roller coaster itu? Bukannya saya yang bisa bikin dia keliatan keren? Sebel!
Biar aja dia bareng si jepit terus. Biar putus sekalian!!

...saya kok kangen ya...


Hampir tengah tahun 2010
Sebentar lagi si Kriwil jalan-jalan ke pulau baru. Belitung, begitu namanya. Itu juga saya dengar lamat-lamat waktu dia susun rencana perjalanan bareng temen-temennya yang baru. Kali ini saya sungguh berharap diajak.
Sejak awal tahun ini, saya kesepian. Habis, saya cuma dipajang di rak sepatu. Dipake cuma sekali-kali aja. Iya sih, enak. Tetep bersih, nyaman... ngga kaya si jepit yang kumel itu. Tapi saya bosan...
Tahun lalu saya sempat beberapa kali diajak si Kriwil ikut ke kota-kota baru incarannya. Saya masih ingat Papua; gunung-gunungnya yang seksi dan laut-lautnya yang eksotis. Saya masih ingat indahnya kota Tembagapura dan serunya perjalanan ke sana. Adrenalin naik turun! Kabut tebal, gunung terjal, plus jalanan yang brutal. Saya kagum, di balik gunung kokoh itu ada kota cantik banget; berasa di manaaaa gitu...
Saya juga masih ingat diajak di Kriwil ke beberapa kota di tanah Jawa. Alasannya? Lagi bosan aja. Hahaha, memang agak-agak aneh dia itu... (Saya ga berani lagi bilang dia gila, kemaren baru digaplok batu!) Saya juga sering diajak jalan-jalan malam cuma buat naikin moodnya.
Setelah saya pikir-pikir, ternyata lebih enak kalo saya bisa kaya si jepit yang nempel terus sama si Kriwil. Bisa ikut lihat apa yang dia lihat, bisa ikut merasa apa yang dia rasa. Lagipula saya ini kan sepatu, sudah seharusnya saya kemana-mana. Biar saya mati tenang...


Libur panjang 2010
Hore! Saya ikut ke Belitung!
Si jepit sudah putus... (semoga arwahnya tenang selamanya), kini saya mengganti posisinya. Semalam si Kriwil ajak saya bicara dan meminta dengan hati-hati untuk saya rela jadi teman dia jalan-jalan. Ga cuma kadang-kadang atau kalau jalanannya bagus. Dia minta saya bersedia dibawa hiking juga. Dan saya setuju.


Awal Tahun 2011
Akhir tahun lalu saya keliling Jawa Tengah. Sebelumnya saya sering dibawa pergi entah sudah keberapa tempat. Dan kali ini saya ikut lagi. Saya dibawa si Kriwil ke negeri-negeri orang.
Tiba-tiba si Kriwil memutuskan belok ke tanah Melaka dan (entah kenapa) berkawul ngga akan mengganti saya sebelum dia menginjakkan saya kembali ke tanah Melaka lagi; suatu saat nanti. Waaahhh, saya di'kawul'kan...
Saya bangga... :)


Desember 2011
Saya di Melaka (lagi). Baru saja turun bis dan menginjak tanah tua ini. Akhirnya, hari-hari saya bersama si Kriwil akan segera selesai. Saya sudah terlalu tua, sudah terlalu usang. Saya sudah tak mungkin lagi berlama-lama di dekat kaki si Kriwil.
Sepanjang tahun ini, si Kriwil tetap pegang janjinya untuk bawa saya kemanapun dia pergi. Dieng, Wonosobo, sudut-sudut Jawa Timur, bahkan saya menapakkan diri di puncak debu Bromo. Selayaknya sepatu, saya sudah memenuhi tujuan hidup saya. Berjalan menapaki tanah-tanah bumi. Lebih lagi, bumi Indonesia yang dicinta si Kriwil sampai tetes darah penghabisannya.

Ah, saya jadi teringat si jepit.
Sebelum saya, si Kriwil selalu pergi bareng si jepit. Kemana pun. Dengan hormat si jepit memberikan posisi itu pada saya ketika dia pergi dulu. Saya ingin melakukan hal yang sama; saya ingin melihat pengganti saya dan memberikan kehormatan menapak bersama tuan saya. Saya juga mau bilang sama dia, jalan-jalan itu ga selamanya enak. Jalan rusak, basah kuyub, salah jalan, bahkan kesandung batu (si Kriwil kan punya masalah keseimbangan, ckckck...). Tapi buat apa menjadi sesuatu jika tak terpenuhi asa; buat apa jadi sepatu jika tak tertapaki dunia?


Sudah banyak kisah tertapak, banyak rahasia terpahat bersama, banyak emosi terluap saat saya bersama si Kriwil. Sekarang, saya hanya ingin menikmati hari-hari akhir saya bersamanya, sebelum akhirnya ada yang lain menemani tapak-tapak kakinya.

 -Saya, Sepatu Ungu-

2 comments:

  1. Nice! Teknis nulisnya bagus nih, nggak bosen buat ngambarin pengalaman dr tahun ke tahun.
    btw, no sepatuku yg 40 aja rasanya udah gede banget.

    ReplyDelete
  2. wah, ka... saya mah 40 ngepas pisaaaannnn!!!
    akibatnya kaki kiri bisa bengkak...

    ReplyDelete