Waktu itu cepat berlalu, teman...
tak pernah ditolehkan wajahnya ke kiri ke kanantak pernah dilambatkan langkahnya di persimpangan jalantak mau bahkan dijedanya pikir saat berpapasan
Dia berlalu seakan angin adalah lawannya
seakan takut ia tak menanggap lembutnya di sela-sela jari,seakan manisnya akan hilang sesaat setelah dikecap jaman,seakan warnanya pudar sedetik diputar dunia
Ah, terlalu cepat dia berlalu, kawan...
Kini yang terlihat adalah jejak-jejak kaki waktu
di sela tingkah pola angin yang kemayu
Tapaknya tak pernah sama
sebentar semungil kerikil, sesekali sebesar jiwa
Tadi pagi ku toleh dia ke belakang
berusaha menangkap ekornya yang panjang
dan mencari sisa sisa masa yang terbuang
tak ku temukan dia, kawan...
tak ku temukan dia
Dan angin berbisik lembut merayuku lagi
dia berkata,
jangan cari apa yang tak perlu dicarijangan selidiki yang tak mau terselidikijejaknya ada hanya untuk memoribukan tulisan tanganmu sendiridia hadir untuk dikenangbukan untuk dibayang-bayang
Lalu kusadari, pernah kala itu kudengar
si pintar berkata, makanlah hidup sebanyak-banyaknya..
si pandai berkata, pakailah hidup seberguna-bergunanya..
si bijak berkata, nikmatilah ia senikmat-nikmatnya..
...lalu Sang berkata, berlarilah lebih kencang, karena angin hanya terasa ketika arusnya kau lawan!
Aku tersenyum. Nanti siang mari kita temui sang angin, agar belajar kita darinya dan tak hilang waktu begitu saja..
-Tuesday, December 28, 2010 at 2:06pm-
No comments:
Post a Comment