Saya kaget menyadari betapa banyak orang yang bertanya siapa Pak Tua yang sering saya tulis di notes saya. Wah, ternyata pribadi beliau banyak membuat orang lain penasaran, sama seperti saya penasaran. Mungkin bedanya adalah saya kenal baik siapa Pak Tua untuk saya, dan anda masih bertanya2 siapa Pak Tua itu di mata saya. Well, itu ga penting sama sekali. Ga penting siapa Pak Tua buat saya, yang penting adalah siapa dia buat anda. Dan itu pasti berbeda...
Sayangnya, saya tidak akan pernah sanggup mempersonifikasikan beliau. Dia terlalu luas untuk dideskripsikan dan terlalu dalam untuk dimengerti. Dia terlalu besar untuk didefinisikan dan terlalu sempit untuk dimasuki. Dia adalah dia yang telah menjadi dirinya sebagaimana dirinya ada sejak awalnya. Dia tak mungkin tergambar dengan kata dan tak pernah saya berhasil membuat sketsa wajahnya.
Jadi, mari saya coba bercerita tentang perasaan2 saya padanya, karena saya tak pernah bisa menggambarnya sempurna. Cobalah cerna dari jiwa saya yang terbuka dalam tulisan2 saya, dan lihat dia sebagaimana engkau melihatnya hidup disana, bukan sebagaimana saya memaksa anda untuk mengerti dia. Karena dia adalah dia yang berbeda...
Saya mencintai dia karena saya membencinya, bahkan saya terikat padanya karena saya tak suka berada di dekatnya. Saya adalah hasratnya dan dia adalah mimpi saya, sayang tak pernah terpaut akal saya tentang betapa berhasratnya dia. Dan buat saya, mimpi adalah pengejaran, jika sekarang tangan saya belum mampu meraihnya, well, itu sebabnya dia adalah mimpi.
Bagi saya, dia sumber cemburu. Dia oknum yang membuat saya membenci manusia2 di sekeliling saya. Dia juga obsesi, yang sanggup membuat saya membunuh demi mendapatkan cintanya. Dia terlalu pintar untuk otak kecil saya, terlalu bijak untuk jiwa kering saya, terlalu lihai untuk tubuh penat saya, terlalu sukar untuk dimengerti. Dia adalah mimpi saya.
Pernah suatu masa, saya terpuruk hanya karena dia tiada. Lalu, ini tulis saya:
Kosong pun aku,
terikat tetap ku dijanjinyaHampa pun aku,tertarik tetap ku pada wajahnyaMati pun aku,biar kuseret bayangannyabiar kubawa memori tentangnyabiar kukenang dirinyaHabis pun aku,terjaga tetap ku dibuaiannyaBahkan saat dibuangnya aku,
cemburuku menjaga cintaku…
Sudah mengerti??? Hahahahaha...maaf, sulit terkata buat saya. Jaman ada digenggamnya, dan waktu ada di peluknya.TUA ia, bukan karena waktu, hanya karena kata itu menggambarkan segala kedewasaan dan kebijaksanaan bagi saya. Bukan karena lemah, hanya karena kata itu mengingatkan saya pada pengetahuan dan ketenangan. TUA, itu gambaran saya tentang dia.
Apa gambaran anda tentang dia-yang-tak-tergambarkan??
...dari si otak kacang pada sang maha... Love you, lovely lover!
________________________________________________
GEMPA TENGAH HARI
Thursday, January 7, 2010 at 12:34
Wah, masih siang sudah sibuk, pak?
Iya, nih... kayanya kurang ngembang adonannya?
Lho, memang itu ga terlalu cepat, pak?
Ah, engga... memang harus gini kalo mau bikin bentuknya bagus...
Wah, bukannya mixer itu ada batas kecepatannya, pak? Kalo sekenceng itu mah nanti adonannya tumpah...
Tenang saja, saya sudah tua, sudah makan asam garam, masa bikin adonan kue aja saya diajarin. Kamu duduk aja, liat gimana saya bikinnya...
...diam, kaku, duduk
like fiddler on a roof, creating a symphony while trying not to break his own neck...
Why worry? I'm in a GoodHand!
Sunday, August 1, 2010 at 7:45pm
No comments:
Post a Comment