Nama saya Yusni. Saya suka melamun. Apalagi kalo mikirin yg enak2; makan, jalan2 ke tempat baru, ato jadi superwoman!
Nickname saya 'neni', ini nama yg dikasi namboru saya waktu kecil. Ga tau kenapa, mungkin karena waktu kecil saya blon bisa bilang -R- (dari Reiny). Tapi saya suka banget nickname itu. Saya merasa jadi diri saya sendiri, yang kecil, yang manja, yang rapuh, yang ga jelas tujuannya. Hahahaha... Saya langsung jadi 'adik', bukan 'kakak'. Well, I have to admit that menjadi adik sometimes lebih menyenangkan. Setidaknya begitulah di dunia saya.
Tapi saya tenar dengan nama Yusni. Dari SMA saya udah ga dipanggil Reiny lagi. Yusni. Begitu cukup. Nama itu punya kesan kokoh. Mandiri. Kuat. Berani. Setiap kali saya denger temen saya manggil saya 'Yusni', saya langsung jadi Yusni. Macho! Hahahaha... Nama itu membuat saya mampu berdiri selama 10 tahun ini, luar biasa. Sekali2 saya menikmati panggilan 'neni' dari sahabat2 akrab saya. Saya suka sensasi menjadi yg dilindungi, bukan melindungi; menjadi yg dijaga, bukan dijaga.
Buat saya nama itu berarti banyak. Jadi saya juga suka memilih memanggil nama teman2 saya. Kadang saya panggil mereka dgn silabel pertama nama mereka, ato kadang dengan silabel terakhir. Saya panggil kakak saya 'Kapret' (bukan kampret yah!-red.), itu silabel pertamanya. Saya panggil sahabat SMA saya 'Deb' ato 'Tin' ato 'No' ato 'Mi'. Semua dengan alasan berbeda. Saya ga suka panggil mereka dengan panggilan yg sama dgn orang kebanyakan, karena menurut saya nama itu spesial. Kalo nanti orang itu jadi tenar dipanggil seperti itu, ya ga masalah. Pokoknya buat saya mereka itu 'Kapret', 'Deb', 'Tin', 'No' ato 'Mi'. Cukup.
Itu soal nama. Beda lagi soal label. Saya suka melabel teman2 saya. Contohnya, saya punya dua mami di sekolah. Namanya 'Chie' sama 'Karen'. Sayang, yg satu udah ga di sekolah lagi, dan yg lain akan pergi akhir tahun ini. Saya ga punya mami lagi deh. Saya punya dua partner, mereka orang2 yg saya ceritain sebelumnya. Namanya cukup 'Vin' dan 'Cus'. Saya punya kembaran, bukan karena fisik kita mirip (beda abis, saya gendut dia mah kurus banget!). Tapi karakter kita sebelas duabelas, makanya kl bentrok seru banget! Namanya 'Ge'. Saya punya banyak temen2 lain yg punya label; 'Nyo' si jenius, 'Nil' si kecil, masih banyak yg lain.
Yang menarik adalah bagaimana teman2 saya melabel saya. Walaupun hidup di jaman yg berbeda (ada temen SMA, temen kuliah, temen kerja, temen teater, temen manggung, temen asal ketemu, ato fans2 ga jelas, hihihi...-red.), mereka semua punya panggilan yg sama buat saya. Gila. Jiaaahhh, cantik2 kok dibilang gila, kauan! Hahahaha...untungnya di depan kata itu selalu tersisip kata W.A.N.I.T.A. Well, at least they still see me as a woman, rite! Hahahaha... Jangan tanya saya kenapa mereka bisa punya pendapat yg sama tanpa janjian. Mungkin bisa lebih terjawab kalo tanya langsung sama mereka. Tapi saya coba menebak2, mungkin karena emosi saya yg aneh, mungkin karena saya suka ketawa tiba2, mungkin karena pemikiran2 saya, mungkin karena gaya saya yg gembel abis, ato mungkin karena banyak orang gila yg bisa langsung 'nempel' kalo liat saya (ini beneran lho, masih sering kejadian mpe sekarang -red.)
Well, saya sih ga masalah dibilang gila, karena sedikit banyak saya mengerti kenapa mereka menyebut saya begitu. Tiap orang punya alasan yang berbeda, tapi ga satu pun dari mereka menyebut saya demikian hanya sekedar untuk menghina saya ato memaki saya. Mereka menyebut saya begitu karena itu kesan terliar yg mereka temukan tentang saya. Dan saya sadar memang kadang kala saya ini agak ga waras. Punya mimpi kegedean lah, suka mikir ga jelas lah, seneng bikin yg aneh2 lah. Teman2 saya sampai sekarang adalah kontrol saya, biar saya ga terlalu gila. Biar sedikit waras, hahahahaha...
Terus kenapa saya ga cerita soal mimpi saya, lalu malah mengata-ngatai diri sendiri?
Begini ceritanya. Saya pulang sekolah, dan housemate saya cerita ttg kejadian yg dia alami di mobil selama pulang tadi. Katanya, salah satu temen saya bercerita panjang lebar tentang betapa susahnya nyebrang di Jalan Pasteur, terutama di depan Rotiku. Dan sebagai kesimpulan, dia mengeluarkan pernyataan ini, "Nyebrang di Rotiku itu sama susahnya kaya bikin Kak Yusni waras!" Huahahaha, gawat! Besoknya, pria itu habis saya pukulin! Kenapa? Soalnya nyebrang di situ beneran susah banget! Emang saya se-gila itu???
Nah, itulah yg bikin saya jadi mikir. Ini salah satu mimpi saya, mencari tahu -dengan pasti dan detil- segila apa saya sebenarnya. Jadi, besok senin saya mau melakukan sesuatu yg berbeda. Saya mau ketemu seseorang yg bisa membantu saya mengukur tingkat ke-gila-an saya. Saya mau tahu apakah sebagai manusia saya sudah cukup normal, atau memang saya tidak pernah di'takdir'kan untuk menjadi waras. Saya penasaran apakah masa lalu saya memang dibentuk sedemikian rupa untuk membuat saya se'gila' sekarang, atau memang saya saja yg tidak punya keberanian untuk melangkah.
Saya belum tahu jawabannya. Tapi ini mimpi saya hari ini, dan hari senin nanti saya harap saya sudah dapet jawabannya. Untuk mencapai mimpi ini, saya udah minta bantuan sama temen saya yg cukup terpercaya, yg bisa mengukur tingkat ke'gila'an seseorang. Hahahaha...
Jadi, perkenalkan saya, Yusni si -Wanita Gila-.
Gudang Mimpi, Hujan, Ngantuk.
nb: Pria yg hampir habis saya pukulin itu berkomentar, "Tau ga ka, cuma orang gila yg bisa menulis sejarah. Mending mati jd orang gila dari pada biasa2 aja. Yang penting kan bisa terkenal, mencatat sejarah!" Lalu saya tersenyum, dan sekarang berpikir, mana yg lebih baik ya...menjadi gila atau waras??
-Saturday, October 16, 2010 at 10:05pm-
No comments:
Post a Comment